by Annastia Novianti Vivi

Jumat, 13 Januari 2017

Tentang Menikah dan Mengenai DIA (versi vivi)



https://www.kanalaceh.com/wp-content/uploads/2016/10/8suami-menikah-diam-diam.jpg
Sumber : Google


Tentang menikah versi vivi, yap! Versi perempuan umur 22 tahun yang belum memiliki ilmu tentang masalah “ini”. Jadi maaf kalau apa yang aku tulis disini berdasarkan analisaku dan ke sok tauanku hehe. Benar memang menikah itu masalah siap atau tidak siap, serta mau atau tidak mau. Kalau aku? Tentu aku mau dan (harus) siap. Kalau kamu tidak mau karena alasan ingin meniti karir sampe gaji 30jt/bulan, menunda pernikahan, menunda kehamilan, dll silahkan saja tetapi wajib menghargai pula perempuan yang menikah muda karena semua itu tentang "pilihan".

Ngomong-ngomong tentang menikah, yang paling awal yaitu memiliki pasangan dulu (sudah jelas). Bulan januari ini kurang lebih satu tahun aku kenalan sama Mas pacar. Bagaimana kami kenal dan bisa sampai seperti ini bakal aku jelasin di next postingan aja pas ada moment unyu-unyu hehehe.
Bocoran buat yang bersedia mampir kesini buat baca sebentar, orangtua Mas pacar ini sudah datang ke rumah buat “meminta aku”. Alhamdulillah dapet restu dari mama dan bapak, tinggal gimana aku dan mas menjaga amanah ini supaya kami berdua bisa benar-benar sampai pada hari yang berbahagia itu. Selalu ingat bahwa Allah yang menentukan dan manusia hanya bisa berencana, tentu dengan kalimat itu maka kami berencana  sebaik-baiknya versi manusia agar Allahpun merestui niat baik kami (aamin).

Siapa sangka, setelah melewati patah hati, sakit hati, dan hal-hal menyakitkan lainnya yang berhubungan dengan hati, Allah menggantikan kesedihanku dengan datangnya lelaki yang langsung serius, seyakin itu sama aku dan seberjuang itu untuk bikin aku selalu bahagia. Akupun selalu bersyukur akan kehadirannya karena yang pertama, aku rasa kehadiran Mas pacar adalah jawaban dari segala doaku. Pernah denger kan kalau berdoa sebaiknya rinci, oleh sebab itu aku memperinci doaku seperti aku mau pasangan yang lebih tua, sudah bekerja, dapat diterima dan menerima keluargaku begitupula sebaliknya, lebih tinggi dari aku (point pertama dalam penampilan huehehe), orang jawa (maaf bukan bermaksud rasis, cuman aku merasa jika budaya kami sudah sama maka akan meniminalisir kecekcokan karena perbedaan kebudayaan). jika datang lelaki itu dan ia yang terbaik maka dekatkanlah tapi jika dia bukan yang terbaik maka tunjukkanlah pertanda-pertanda itu. Intinya kurang lebih seperti itu, dan ketika Mas datang, wah hampir semua kriteria dia punya. Bonusnya banyak pula, misalnya dia sangat pekerja keras dan orang yang memplanning segala galanya, sangat sayang dengan ibunya, menunjukkan rasa sayangnya ke aku dengan perilaku nyata bukan hanya kalimat manis semata.

Kedua, ibunya Mas itu sangaatt sayang sama aku. Mas pacar pernah bilang bahwa baru kali ini ibunya bisa “eman” ke pacar anaknya. Waktu aku ulangtahun, diberi kado, waktu ke toko dan liat sepatu, aku dibeliin sepatu, bangun tidur pagi2pun sempatin ngechat aku buat sekedar menyapa “halo sayaangg, selamat pagi” dll yang intinya aku merasa sangat diterima dikeluarga mas pacar.
(insyaAllah) akan menikah di umur 23, aku menolak dengan tegas dibilang nikah muda. Aku maunya dibilang “nikah sedang” hahaha maksa sih, tapi biarlahh. 25 kan katanya umur ideal, nah kalau 23 berarti masuk dalam umur pertengahan #maksalagi. Sebenarnya cita-cita buat nikah habis S1 tuh udah cita-cita banget, kayak selalu aku omongin tiap ditanya habis s1 mau ngapain. Nah percaya bahwa ada malaikat disisimu maka bicaralah yang baik baik,insyaAllah yang sering kamu lontarkan itu bisa terwujud dengan nyata  :D

Kembali seperti yang aku bilang diatas bahwa mas pacar adalah orang yang sangat terplanning, maka ia tau betul apa yang harus dipersiapkan buat menikahi anak gadis. Misalnya sengaja membuka tabungan yang hanya bisa diambil ketika jatuh tempo, pulang ke yogya setiap 2 minggu sekali agar supaya kami berdua ttp “keep in touch”. Dalam suatu hubungan, memang benar kehadiran itu sangat diperlukan, beda rasanya ketika bisa sering video call dibandingkan dengan menghabiskan waktu 1 hari setengah buat jalan bersama (hari terbahagia hehehe). Dan yang terpenting lagi nih, dia selalu (selaluuuu) tidak pernah lupa buat minta izin via whatsappke mamaku kalau dia mau ke rumah. Kenapa? Karena mama bapak lebih sering di luar yogya, biasa pengacara ; pensiunan banyak acara. Jadi walaupun enggak ketemu tatap muka sama mama dan bapak, Mas selalu bilang dan izin kalau mau kerumah dan ngajak aku untuk pergi jalan jalan.
Kalau dari kepribadiannya udah bisa dipegang, insyaAllah yang namanya rezeki akan selalu mengalir dalam berbagai cara apapun. Benar sekali memang finansial adalah masalah terutama dan sangat utama yang bisa membahagiakanmu atau malah menyengsarakanmu (ketika tidak memiliki uang dan tabungan). Kalau kamu atau kalian punya pacar yang sudah berkecukupan dari lahir, maka bersyukurlah. Kalau orangtua pasnagan kalian bisa menurunkan kekayaannya pada anak-anaknya sehingga ketika ia menikah, segala kebutuhan hidup seperti rumah dan kendaraan sudah dimiliki, maka lebih bersyukurlah. Tapi tentu, kepribadian dimataku tetap haruuuus dinilai. Jadi, jangan terpatok hanya dengan 1 hal : uang. Ingat, uang yang terlalu banyak sekali justru akan menjauhkanmu dari rasa bahagia sebab kurang bersyukur. Tetapi, tidak memiliki uangpun maka akan kesusahan dalam menjalani hidup yang serba mahal saat ini. maka bergayalah, hiduplah sesuai dengan kemampuan yang kita miliki #ntaps.


Inti dari perbincangan sok-tau-ini adalah pernikahan dan pasangan versi vivi adalah nikahilah lelaki yang mampu menafkahimu, berkepribadian sebagaimana lelaki harus berkepribadian (bertanggung jawab, do the best atau very the best buat orang-orang tercinta disekitarnya) serta menikahlah disaat kamu mau dan yakin.
Tidak lupa, mintalah restu kedua orangtua maka niscaya hal baik akan tercurah untuk hubungan kalian.

NB : mohon maaf kalau tulisan diatas terlalu banyak hal-hal yang "sok tau", hanya berniat sharing :)
Love, Vivi

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu